Tuesday, September 05, 2006

Mengenal Syiah

Mengenal Syiah

Kemunculan Firqoh(kelompok) Rofidhoh dimulai ketika munculnya seorang Yahudi dari yaman bernama Abdullah bin Saba’yang berpura2 masuk islam dan berpura2 mencintai Ahlul bait Nabi Sallalahu Alaihi Wasallam, bersikap berlebihan terhadap Ali bin Abi Tolib Rodhiallahu Anhu, mendakwakan bahwa Nabi telah mewasiatkan kepada Ali bin Abi Tolib untuk menjadi khalifah setelah wafatnya nabi lalu menganggapnya sebagai Tuhan, hal ini diakui oleh buku2 syiah.Dalam buku Al Maqolat wal Firoq hal 10-21 : Al Qummi mengakui keberadannya dan menganggap ibnu saba’ sebagai orang pertama yang mengatakan bahwa nabi telah mewasiatkan kepada Ali untuk menjadi imam , bahwa Ali akan kembali lagi ke dunia setelah wafat, dan orang pertama yang memulai mencela dan memaki Abu Bakar, Umar, Utsman dan seluruh sahabat nabi. Hal ini seperti dikemukakan Naubakhti dalam bukunya Firoqusyi’ah hal 19-20. Al Kisyi juga mengemukakan hal yang sama dalam bukunya Rijalul Kisyi hal 106-108. pengakuan adalah bukti yang terkuat dan mereka adalah pemuka ulama rofidhoh.Sebab penamaan mereka dengan Syi’ah Itsna asyriyyah.(dua belas)Dari 12 imam yang dianggap imam oleh Rofidhoh sbb:Ali bin Abi Tolib Rodhiyallahu Anhu yang mereka juluki dengan Al Murtadho, khulafa Rosyidin ke 4, menantu Rasululah saw, mati dibunuh oleh Abdurrahman bin Muljim si Khawarij di masjid Kufah tahun 17 Romadhon 40 H. Hasan bin Ali Radhiyallahu Anhuma yang dijuluki almujtaba. Husein bin Ali Radhiyalahu Anhuma yang dijuluki syahid. Ali Zainal Abidin bin Husein (80-122) yang dijuluki Al sajjad. Muhammad Al baqir bin Ali Zainal Abidin (meninggal th 114 H) yang dijuluki Al Baqir. Ja’far Assodiq bin Muhammad Al Baqir (meninggal th 148 H) dijuluki Assodiq. Musa Al Kazim bin Ja’far Assodiq (meninggal th 183 H) dijuluki Al Kazim. Ali Arridho bin Musa AL Kazim (meninggal th 203 H)dijuluki Arrodhiy. Muhammad Al Jawwad bin Ali Arridho (195 H-226H)dijuluki Attaqiy. Ali Al Hadi bin Muhammad Al Jawad (212-254 H) dijuluki Annaqiy. Hasan Al Askari bin Al Alhadi (232-260 H) dijuluki Azzakiy. Muhammad Al Mahdiy bin Hasan Al Askari, tidak diketahui kapan dilahirkan, ada yang berpendapat bahwa dia belum mati tapi menghilang di sirdaab. Dijuluki sebagai Alhujjah yang ditunggu2 dan kita Ahlussunnah menjulukinya dengan mahdi palsu. Mereka menyangka bahwa Imam mahdi tersebut telah menghilang di sebuah lobang di rumah ayahnya di Samurra’ di Irak dan tidak pernah keluar lagi. Terjadi perselisihan mengenai waktu menghilangnya mahdi tersebut. Ada yang berpendapat dia berumur 4 tahun saat menghilang, ada yang berpendapat bahwa diamenghilang umur 8 tahun. Tetapi kebanyakan peneliti dan ulama berpendapat bahwa imam ke dua belas tersebut meamng tidak pernah ada, hanya merupakan karangan orang syi’ah saja.Sebab Penamaan mereka sebagai RofidhiKata Rofdh secara bahasa memiliki makna menolak.[1]Rafidhoh secara istilah bermakna: sebuah firqoh(kelompok) yang menyatakan diri mendukung dan cinta ahlul bait nabi Sallalahu Alaihi Wasallam dengan memusuhi Abu Bakar dan Umar serta para sahabat kecuali beberapa orang, mengkafirkan mereka dan mencela/memaki para sahabat.Imam Ahmad bin Hambal berkata Rofidhoh adalah mereka yang memusuhi sahabat nabi Sallalahu Alaihi Wasallam, yang memaki2 dan menghina mereka.[2] Abdullah bin Ahmad berkata : "aku bertanya kepada ayahku tentang Rofidhoh maka dia menjawab bahwa mereka adalah yang memaki Abu Bakar dan Umar."[3]Imam Abu Qosim Attaimiy yang dijuluki dengan pembela sunnah tentang Rofidhoh: "mereka adalah yang memaki Abubakar dan Umar Rodhiyallahu Anhuma, semoga Allah meridhoi mereka berdua dan para pecinta mereka berdua."[4]Tidak ada kelompok lain selain Rofidhoh yang mencela Abu Bakar dan Umar, ini adalah karena besarnya kehinaan mereka, semoga mereka dimusuhi Allah.Syeikhul Islam Ibnu Taymiyah berkata: "Hanya Rofidhoh yang memusuhi dan melaknat Abu Bakar dan Umar, tidak ada selain mereka yang membenci kedua sahabat tersebut."[5]Dalam literatur Rafidhoh telah dijelaskan bahwa cinta kepada Abubakar dan Umar adalah batasan yang membedakan mereka dengan kelompok lain yang mereka sebut sebagai Nawasib. Darrazi meriwayatkan dari Muhammad bin Ali bin Musa: "Aku menulis surat kepada Ali bin Muhammad Alaihissalam[6] tentang Nasibi apakah perlu untuk mengujinya/mengetahuinya dengan lebih jauh dari sekedar mendahulukan Jibt dan Toghut[7] (daripada Ali) dan meyakini bahwa mereka berdua adalah Imam? Maka beliau menjawab bahwa siapa saja yang begitu berarti nasibi."[8]Sementara itu kebanyakan ilmuwan berpendapat bahwa sebab mereka disebut Rofidhoh adalah karena mereka menolak Zaid bin Ali dan keluar dari tentaranya setelah sebelumnya mereka adalah tentara Zaid bin Ali saat beliau memberontak kepada Khalifha Hisyam bin Abdul Malik tahun 121 H setelah mereka mengumumkan permusuhan terhadap Abubakar dan Umar lalu dilarang oleh Zaid.Abul Hasan Al Asy’ari berkata : Zaid bin Ali berpendapat bahwa Ali adalah sahabat yang paling utama dan berpendapat boleh memberontak kepada pemerintahan yang zolim serta mencintai Abubakar dan Umar. Setelah muncul orang yang memaki abubakar dan Umar di kalangan tentaranya maka dia memarahi mereka. Lalu sebagian tentaranya menolak perkataan Zaid dan memisahkan diri dari kelompoknya lalu Zaid berkata: "Kalian telah menolakku (rofadhtumuunii)", maka dikatakan bahwa mereka disebut sebagai Rofidhoh karena perkataan zaid di atas.[9]Qowamussunah[10], Arrozi[11], Syihristani[12], Ibnu Taymiyyah[13] juga berpendapat demikian. Sementara itu Abul Hasan Al Asy’ari memiliki pendapat lain, yaitu mereka diseut rofidhoh karena menolak kepemimpinan Abubakar dan Umar.[14] Kaum Rofidhoh sangat tidak senang dengan sebutan ini dan berpendapat bahwa julukan ini (rofidhoh) adalah sebutan yang berasal dari musuh mereka. Muhsin Al Amin berkata “Rofidhoh adalah ejekan kepada mereka yang mengutamakan Ali bin Abi Tolib dalam khilafah dan kebanyakan digunakan untuk ejekan”.[15]Oleh karena itu mereka menyebut diri mereka sebagai syi’ah dan dikenal luas dengan sebutan ini, serta memebuat beberapa cendikiawan tepengaruh dan menyebut mereka dengan sebutan syi’ah. Pada hakekatnya istilah syi’ah sendiri bermaknan umum yaitu mereka yang membela atau masuk dalam golongan seseorang. Memang Mereka secara nampak masuk dalam golongan Ali bin Abi Tolib tapi mereka menolak kepemimipinan Abubakar dan Umar serta menolak kebenaran maka mereka sebenarnya adalah rofidhoh, dan inilah sebutan yang harus kita gunakan untuk menyebut mereka.--------------------------------------------------------------------------------[1] Qamus AL Muhith, Fairuz Abadi 2/332, Maqayiis Allughoh, Ibnu Faris 2/422.[2] Tobaqot AL Hanabilah Ibn Abi Ya’la 1/33[3] Riwayat Al Khollal dalam kitab Assunnah no 777 dengan sanad sohih menurut peneliti kitab tsb.[4] Al Hujjah fi bayan Al mahajjah 2/478[5] Majmu’ Fatawa 4/435[6] Abul Hasan Ali AlHadi bin Muhamad Al Jawad salah seorang Imam Syi’ah.[7] Yang dimaksud adalah Abubakar dan Umar. Disebutkan dalam tafsir Al Ayyasyi 1/246 dalam keterangan surat Annisa’ ayat 51.[8] Al Mahasin Anifsaniyyah karangan Muhamad AL Asfur Addarrozi hal. 145.[9] Maqolatul Islamiyiin 1/137[10] Alhujjah fi bayanil mahajjah. 2/478[11] I’tiqod Firoqul Muslimin wal Musyrikin. Hal. 52.[12] AL Milal wannihal 1/155[13] Minhajussunnah 1/8 Majmu’ Fatawa 13/36.[14] Maqolatul Islamiyin 1/89[15] A’yanu Syi’ah 1/20

5 comments:

Ali Al Mujtaba said...

Abdullah Bin Saba’ Pendiri Syiah, Benarkah?

Oktober 2, 2007 oleh Islam Syiah

Mereka semua itu sebenarnya telah mengambil cerita Abdullah ibn Saba’ dari satu sumber yaitu; Sayf ibn Umar at-Tamimi dalam bukunya “al-Futuh al-kabir wa al-riddah dan al-Jamal wal-masir Aishah wa Ali”. Dari cerita Sayf inilah beberapa orang penulis telah mengambil cerita Abdullah ibn Saba’ tersebut. Padahal pribadi Sayf adalah seorang penulis yang tidak dipercaya oleh kebanyakan penulis-penulis kitab rijal seperti Yahya ibn Mu’in, Abu Dawud, al-Nasai, Ibn Abi Hatim, Ibn al-Sukn, Ibn Hibban, al-Daraqutni, al-Hakim, al-Firuzabadi, Ibn Hajar, al-Suyuti, dan al-Safi al-Din. Istilah Saba’iyyah diberikan maksudnya yang baru oleh Sayf ibn Umar pada pertengahan kedua tahun Hijrah yang menggunakannya untuk ditujukan kepada golongan sesat yang kononnya diasaskan oleh tokoh khayalan Abdullah ibn Saba’.

Ali Al Mujtaba said...

Abdullah Bin Saba’ Pendiri Syiah, Benarkah?



Tuduhan bahwa madzhab syiah adalah ajaran dari si Yahudi yang bernama Abdullah bin Saba’ telah lama diketengahkan kepada masyarakat muslim dan semacam sudah merasuk di tengah masyarakat bahwa syiah adalah ajaran Yahudi Abdullah ibn Saba’ yang berpura-pura memeluk Islam tetapi bertujuan untuk menghancurkan pegangan aqidah umat Islam.



Abdullah bin Saba’ dikatakan sebagai pendiri madzhab Saba’iyyah yang mengemukakan teori bahwa Ali adalah wasi Muhammad SAWW. Abdullah ibn Saba’ juga dikenali dengan nama Ibn al-Sawda’ atau ibn ‘Amat al-Sawda’- anak wanita kulit hitam. Pada hakikatnya cerita Abdullah ibn Saba’ adalah satu dongengan (fiktif) semata.



Allamah Murtadha Askari telah membuktikan bahwa cerita Abdullah ibn Saba’ yang terdapat dalam beberapa kitab Ahlusunah bersumber dari Al-Tabari (w.310H/922M), Ibn Asakir (w571H/1175M), Ibn Abi Bakr (w741H/1340M) dan al-Dhahabi (w747H/1346M). Mereka semua itu sebenarnya telah mengambil cerita Abdullah ibn Saba’ dari satu sumber yaitu; Sayf ibn Umar at-Tamimi dalam bukunya “al-Futuh al-kabir wa al-riddah dan al-Jamal wal-masir Aishah wa Ali”. [Murtadha Askari, Abdullah ibn Saba' wa digar afsanehaye tarikhi, Tehran, 1360 H].



Sayf adalah seorang penulis yang tidak dipercaya oleh kebanyakan penulis-penulis kitab rijal seperti Yahya ibn Mu’in (w233/847H), Abu Dawud (w275H/888M), al-Nasai (w303H/915M), Ibn Abi Hatim (w327H/938M), Ibn al-Sukn (w353H/964M), Ibn Hibban (w354H/965M), al-Daraqutni (w385H/995M), al-Hakim (w405H/1014M), al-Firuzabadi (w817H/1414M), Ibn Hajar (w852H/1448M), al-Suyuti (w911H/1505M, dan al-Safi al-Din (w923H/1517M).

Ali Al Mujtaba said...

Abdullah ibn Saba’, kononnya seorang Yahudi yang memeluk Islam pada zaman Uthman, dikatakan seorang pengikut Ali yang setia. Dia mengembara dari satu tempat ke satu tempat lain untuk menghasut orang banyak supaya bangun dan memberontak menentang khalifah Uthman bin Affan. Sayf menyatakan bahwa Abdullah bin Saba’ adalah sebagai pengasas ajaran Sabaiyyah dan pengasas madzhab ghuluww (sesat). Menurut Allamah Askari, pribadi Abdullah ibn Saba’ ini adalah hasil rekaan Sayf yang juga telah berhasil mencipta beberapa pribadi, tempat, dan kota lain hasil khayalannya. Dari cerita Sayf inilah beberapa orang penulis telah mengambil cerita Abdullah ibn Saba’ tersebut. Beberapa orang yang erpengaruh dengan kisah bohong Sayf seperti: Said ibn Abdullah ibn Abi Khalaf al-Ashari al-Qummi (w301H/913M) dalam bukunya al-Maqalat al-Firaq, al-Hasan ibn Musa al-Nawbakhti (w310H/922M) dalam bukunya Firaq al-Shiah, dan Ali ibn Ismail al-As’ari (w324H/935M) dalam bukunya Maqalat al-Islamiyyin.



Allamah al-Askari mengupas hakekat cerita Abdullah ibn Saba’ dari riwayat syiah dari Rijal oleh al-Kashshi. Al-Kashshi telah meriwayatkan dari sumber Sa’d ibn Abdullah al-Ashari al-Qummi yang menyebut bahawa Abdullah ibn Saba’ mempercayai kesucian Ali sehingga menganggapnya sebagai seorang nabi. Hal itu karena mengikut dua riwayat ini, Ali AS memerintahkannya menyingkirkan fahaman tersebut, dan disebabkan keengganannya itu Abdullah ibn Saba telah dihukum bakar hidup-hidup. Walau bagaimanapun menurut Sa’d ibn Abdullah, Ali telah menghalau Ibn Saba’ ke Madain dan di sana dia menetap sehingga Ali AS menemui kesyahidannya. Pada ketika itu Abdullah ibn Saba’ mengatakan: Ali AS tidak wafat, sebaliknya, ia akan kembali semula ke dunia.



Al-Kashshi, selepas meriwayatkan lima riwayat yang berkaitan dengan Abdullah ibn Saba’ menyatakan bahwa tokoh ini didakwa oleh golongan Sunni sebagai orang yang pertama yang mengumumkan tentang Imamah (kepemimpinan) Ali AS. Allamah Askari menyatakan bahwa hukuman bakar hidup-hidup adalah satu perkara bid’ah yang bertentangan dengan hukum Islam, tiada beda antara madzhab Syi’ah ataupun Sunnah.

Ali Al Mujtaba said...

Kisah tersebut tidak akan pernah kita jumpai dalam kitab-kitab karya tokoh-tokoh sejarah yang masyhur seperti Ibn al-Khayyat, al-Yakubi, al-Tabari, al-Masudi, Ibn Al-Athir, ibn Kathir atau Ibn Khaldun. Peranan yang dimainkan oleh Abdullah ibn Saba’ sebelum peristiwa pembunuhan Uthman atau pada zaman pemerintahan Imam Ali AS tidak pernah disebut oleh para penulis yang terdahulu seperti Ibn Sa’d (w230H/844M0, al-Baladhuri (w279H/892M) atau al-Yaqubi. Hanya al-Baladhuri yang hanya sekali saja menyebut namanya dalam buku Ansab al-Ashraf ketika meriwayatkan peristiwa pada zaman Imam Ali AS. Al-Baladuri berkata: ” Hujr ibn Adi al-Kindi, Amr ibn al-Hamiq al-Khuzai, Hibah ibn Juwayn al-Bajli al-Arani, dan Abdullah ibn Wahab al-Hamdani – ibn Saba’ datang kepada Imam Ali AS dan bertanya kepada Ali AS tentang Abu Bakar dan Umar…”. Ibn Qutaybah (w276H/889M) dalam bukunya al-Imamah wal-Siyasah dan al-Thaqafi (w284H/897M) dalam al-Gharat telah menyatakan peristiwa tersebut. Ibn Qutaybah memberikan identitas orang ini sebagai Abdullah ibn Saba’. Sa’d ibn Abdullah al-Ashari dalam bukunya al-Maqalat wal-Firaq menyebutkan namanya sebagai Abdullah ibn Saba’ pengasas ajaran Saba’iyyah – sebagai Abdullah ibn Wahb al-Rasibi. Ibn Malukah (w474H/1082M) dalam bukunya Al-Ikmal dan al-Dhahabi (w748H/1347M) dalam bukunya al-Mushtabah ketika menerangkan perkataan ‘Sabaiyyah ‘, menyebut Abdullah ibn Wahb al-Saba’i, sebagai pemimpin Khawarij. Ibn Hajar (w852H/1448M) dalam Tansir al-Mutanabbih menerangkan bahawa Saba’iyyah sebagai ‘ satu kumpulan Khawarij yang diketuai oleh Abdullah ibn Wahb al-Saba’i’. Al-Maqrizi (w848H/1444M) dalam bukunya al-Khitat menamakan tokoh khayalan Abdullah ibn Saba’ ini sebagai ‘Abdullah ibn Wahb ibn Saba’, juga dikenali sebagai Ibn al-Sawda’ al-Saba’i.’



Allamah Askari mengemukakan rasa keheranannya disaat tidak seorang pun dari para penulis tokoh Abdullah ibn Saba’ ini menyertakan nasabnya, satu perkara yang agak ganjil bagi seorang Arab yang pada zamannya memainkan peranan yang penting. Penulis sejarah Arab tidak pernah gagal menyebutkan nasab bagi kabilah-kabilah Arab yang terkemuka pada zaman awal Islam. Tetapi dalam kisah Abdullah ibn Saba’, yang dikatakan berasal dari San’a Yaman, tidak dinyatakan kabilahnya. Allamah Askari yakin bahawa Ibn Saba’ dan golongan Sabai’yyah adalah satu cerita khayalan dari Sayf ibn Umar yang ternyata turut menulis cerita-cerita khayalan lain dalam bukunya. Walau bagaimanapun, nama Abdullah ibn Wahb ibn Rasib ibn Malik ibn Midan ibn Malik ibn Nasr al-Azd ibn Ghawth ibn Nubatah in Malik ibn Zayd ibn Kahlan ibn Saba’, seorang Rasibi, Azdi dan Saba’i adalah pemimpin Khawarij yang terbunuh dalam Peperangan Nahrawan ketika menentang Imam Ali AS.



Nampaknya kisah tokoh Khawarij ini telah diambil oleh penulis kisah khayalan itu (Sayf bin Umar at-Tamimi) untuk melukiskan pribadi khayalan yang menjadi orang pertama menyebarkan Imamah Ali AS. Nama pribadi ini tiba-tiba muncul untuk memimpin pemberontakan terhadap khalifah Uthman, menjadi dalang mencetuskan Perang Jamal, menyebarkan kesucian Ali AS, kemudian dibakar hidup-hidup oleh Ali AS atau dihalau oleh Ali AS dan tinggal dalam buangan, selepas wafat Imam Ali AS. Abdullah bin Saba’ dinyatakan sebagai penyebar ajaran kesucian Ali AS, dan Ali tidak mati melainkan akan hidup kembali. Ia digambarkan sebagai pribadi yang paling vokal dan lantang di hadapan musuh-musuh Ali AS.

Ali Al Mujtaba said...

Menurut Allamah Askari, perkataan Saba’iyyah adalah berasal-usul sebagai satu istilah umum untuk kabilah dari bahagian selatan Semenanjung Tanah Arab iaitu Bani Qahtan dari Yaman. Kemudian disebabkan banyak daripada pengikut-pengikut Imam Ali bin Abi Talib AS berasal dari Yaman seperti Ammar ibn Yasir, Malik al-Ashtar, Kumayl ibn Ziyad, Hujr ibn Adi, Adi ibn Hatim, Qays ibn Sa’d ibn Ubadah, Khuzaymah ibn Thabit, Sahl ibn Hunayf, Uthman ibn Hunayf, Amr ibn Hamiq, Sulayman ibn Surad, Abdullah Badil, maka istilah tersebut ditujukan kepada para penyokong Ali AS ini. Justru Ziyad ibn Abihi pada suatu ketika mendakwa Hujr dan teman-temannya sebagai ‘Saba’iyyah.’ Dengan bertukarnya maksud istilah, maka istilah itu juga turut ditujukan kepada Mukhtar dan penyokong-penyokongnya yang juga terdiri dari kelompok-kelompok yang berasal dari Yaman. Selepas runtuhnya Bani Umayyah, istilah Saba’iyyah telah disebut dalam ucapan Abu al-Abbas Al-Saffah, khalifah pertama Bani Abbasiyyah, ditujukan kepada golongan Syi’ah yang mempersoalkan hak Bani Abbas sebagai khalifah.



Walau bagaimanapun Ziyad maupun Al-Saffah tidak mengaitkan Saba’iyyah sebagai golongan yang sesat. Malahan Ziyad gagal mendakwa bahwa Hujr bin Adi dan teman-temannya sebagai golongan sesat. Istilah Saba’iyyah diberikan maksudnya yang baru oleh Sayf ibn Umar pada pertengahan kedua tahun Hijrah yang menggunakannya untuk ditujukan kepada golongan sesat yang kononnya diasaskan oleh tokoh khayalan Abdullah ibn Saba’.