Wednesday, August 30, 2006

PERADABAN BARAT DALAM KACAMATA ISLAM


Tulisan ini kami rangkai dari buku yang berjudul peradaban barat lewat pandangan umat Islam (Western Civilisation Through Muslim Eyes) karya Sayid Mujtaba Rukni Musawi Lari. Perlu kami kemukakan bahwa buku ini juga telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa seperti; bahasa Jerman, Perancis, Jepang, Sepanyol, Arab, Kurdi, Urdu dan Thailand. Kami berharap sajian ini menarik perhatian anda semua.
Penulis buku ini mengambil kata-kata dari Jendral Eisenhower yang menyebutkan: Sebuah generasi yang telah memecahkan atom harus menyembuhkan kehancuran atau kemusnahan kemanusiaan. Timbal balik asli keinginan untuk menjelajah fikiran orang lain, menghargai latarbelakang, memahami pandangan masing-masing merupakan langkah prasyarat pertama untuk mencapai kesalingpengertian.
Kontradiksi hanya akan dapat diatasi atau dikurangi dengan usaha untuk memahami apa yang terdapat dalam pikiran orang lain dan apa yang dituturkan oleh orang itu serta mendalami latar belakang yang menyebabkan orang tersebut berpikir dan berkata seperti itu.
Banyak di antara kita yang tidak memperhatikan atau memperdulikan adat tradisi orang lain dan ide-ide lama. Bagi seorang Afrika, berjalan di belakang orang lain merupakan satu penghinaan. Karena itulah, di Afrika Selatan seorang berkulit hitam akan memilih untuk berjalan di antara dua orang yang sedang berbicara di tengah jalan daripada berjalan di belakang salah satu dari mereka. Seorang berkulit putih yang tidak memahami perkara ini akan merasa tersinggung atas perbuatan tersebut yang dirasakan sebagai perbuatan biadab. Dia mungkin akan mengambil sikap keras terhadap lelaki Afrika tadi sehingga manakala si kulit hitam yang tidak memahami reaksi si kulit putih tersebut akan merasa kecewa dan terluka atau marah.
Setiap kemajuan dalam penelitian sains tentang sumber kehidupan di planet ini akan membawa kita kembali ke abad-abad awal pra-peradaban manusia dan akan menemukan semakin banyak teka teki atau rahasia yang perlu dijelajah atau digali.
Mereka membagi periode pra-peradaban manusia ke dalam empat bagian yaitu pra-palaeolithik, palaeolithik, neolithik, dan era perunggu. Penggunaan bahan-bahan metal pada era perunggu inilah yang kemudian dianggap sebagai masa lahirnya peradaban manusia. Kehidupan manusia berubah ke aspek yang lebih baik dan memasuki fase baru. Manusia tidak lagi sekadar hewan lapar yang hanya menginginkan makanan. Dari kehidupan yang hanya bertumpu pada pemuasan kebutuhan perut, manusia berpindah kepada kehidupan yang keperluannya muncul dalam bentuk impian dan visi serta kesedaran objektif terhadap dunia di sekitarnya.
Semakin manusia itu menang dalam upayanya menaklukkan alam, semakin tinggilah keinginan dan keperluannya. Berawal dari barbarisme, manusia akhirnya menemukan jalan ke arah peradaban: bebas dari ikatan kejahilan dan kebosanan yang dipaksakan oleh kondisinya, manusia keluar untuk mencari ilmu.
Perkembangan manusia dari tahap hewani disebabkan oleh faktor spiritual, dan faktor inilah yang membedakannya dari spesies lain yang stagnan atau tidak mengalami perkembangan. Faktor spiritual ini merupakan kualitas internal yang kita sebut sebagai intelektualisme. Intelektualisme adalah fenomena yang paling menakjubkan dalam diri manusia. Ia memberi manusia kemampuan untuk melihat ke depan dan ke belakang, untuk menilai masa lalu dan memperbaikinya, untuk menyedari metode baru dan melakukan inovasi. Setiap kemajuan yang ia raih terekam dalam memori perkembangan rasnya. Setiap ketidaksempurnaan yang dilakukannya akan menimbulkan rasa tidak puas di hatinya dan timbul keinginan untuk memperbaikinya.
Rasa tidak puas dan keinginan untuk memperbaiki inilah yang menampakkan fenomena dari sesuatu yang tidak teraba, tidak terdefinisikan, dan amat hebat yang dimiliki manusia. Itulah yang disebut sebagai “akal”. Cahaya akal membuat manusia mampu memperhatikan objek dan peristiwa, berfikir mengenainya, belajar dari pengalaman dan menyimpan informasi untuk digunakan pada masa depan di dalam komputer hebat yang dipanggil akal sebagai memori, dimana ia bisa pula membentuk hipotesis baru, visi, percobaan dan kemajuan.
Dua lagi produk revolusioner hasil dari akal manusia dalam kabut prasejarah zaman purbakala adalah:

1- Penemuan RODA untuk transportasi.

Pada mulanya roda digunakan hanya untuk mengangkat barang berat di atas batang pohon. Kemudian, roda disambung dengan kereta, lalu berkembang menjadi mobil seperti saat ini.

2- Bahasa

Bahasa adalah suara yang diterima sebagai cara untuk menyampaikan pikiran seseorang kepada orang lain. Bahasa bisa diartikan pula sebagai suatu persetujuan bersama untuk menginterpretasi bunyi tertentu. Dengan bahasa, kehidupan sosial dan peradaban pun terlahir. Ketika tanda-tanda diterima sebagai representasi dari bunyi-bunyi arbitrer yang mewakili ide-ide, masa prasejarah pun beralih ke masa sejarah tertulis.
Data-data tentang masa prasejarah diambil dari sisa-sisa dan bukti-bukti yang digali dan diinterpretasi. Masa sejarah bermula ketika adanya catatan bertulis untuk dijadikan bahan rujukan. Penciptaan tulisan ini merupakan satu penemuan revolusioner yang genius. Ia bermula dengan penciptaan properti dan dengan lukisan objek seperti kambing, lembu, wadah, ukuran barang dan sebagainya diikuti dengan indikasi angka, dan kemudian diikuti dengan simbol yang mengindikasikan transaksi-nama dan alamat yang bersangkutan dan seterusnya simbol untuk fenomena harian, hubungan antara mereka, dan akhirnya intisari seperti warna, bentuk dan konsep.
Sebagian bangsa, seperti Cina masih tetap tinggal dengan tahap piktografik, sama seperti Hieroglyphic Mesir kuno. Bangsa-bangsa lain berkembang dengan menganalisa bunyi yang mengandung perkataan dan makna. Inilah yang dapat kita ketahui sepanjang 6 millennium sejarah kemanusiaan.
Dalam masa yang sama, konstruksi bangunan juga mengalami kemajuan yang pesat. Pengukuran dapat dilakukan secara tepat. Manusia belajar untuk mendapatkan bijih besi dari batu dengan teknik peleburan dan kemudian mencetaknya serta melembutkannya. Awalnya, mereka menciptakan metal yang lebih lunak seperti timah, tembaga, dan pada akhirnya menggabungkannya menjadi perunggu. Ketika metode yang sama digunakan terhadap besi yang lebih keras, perunggu telah memberi jalan kepada lahirnya era besi. Saat inilah bermulanya zaman moderen.
Empat ribu tahun yang lalu, agama yang benar terlahir lewat kepatuhan Nabi Ibrahim kepada seruan Ilahi di wilayah Babilonia. Tuhan Pencipta Alam memerintah Nabi Ibrahim untuk memimpin masyarakat Babilonia keluar dari kegelapan. Beliau merupakan rasul pertama yang bertindak sebagai jurubicara Tuhan untuk membawa manusia keluar dari kejahilan dan penyimpangan.
Secara alami, dia menghadapi penentangan dari orang-orang yang memiliki kecenderungan kepada kepalsuan dan kejahatan. Tetapi seruan Nabi Ibrahim pada monoteisme dan tauhid mampu menarik pengikut yang kekuatannya lebih superior dari barisan persatuan musuhnya, yaitu para penyokong kejahatan dan cikal bakal pemerintahan zalim dalam sejarah umat manusia.
Nabi Ibrahim a.s. mematuhi perintah Tuhan untuk meninggalkan tanah kelahirannya. Setelah melakukan perjalanan ribuan mil, ia menemukan tempat berlindung di Hijaz dan di sanalah ia mendirikan ka’abah bersama putranya, Ismail.
Tujuh dan seperempat abad sebelum Masehi, kerajaan Roma didirikan dan pada abad-abad seterusnya ia melebarkan sayap pemerintahannya. Tidak lama setelah berdirinya Roma, aliran Zoroaster atau Zartosht bangkit di Iran menggantikan kepercayaan magis aliran Magianisme. Aliran Zoroaster ini adalah sebuah kepercayaan yang rasional dan hubungan moral antara manusia dengan Tuhan Kebaikan di dalam peperangan abadi melawan kejahatan.
Pada abad yang hampir sama, Confucius dan Lao-Tse di China serta Buddha Gautama di India memunculkan asas falsafah yang kemudian dikembangkan oleh Socrates, Plato dan Aristoteles di Yunani pada abad-abad seterusnya.
Semua ini mencapai kesempurnaannya dengan kelahiran dan kehidupan Nabi Isa a.s., yang menyerukan reformasi dan perbaikan dalam kehidupan umat manusia. Reformasi ini bertujuan untuk menyelamatkan manusia dari polusi materialisme Judaistik, menghancurkan korupsi, dan membawa manusia ke arah kebaikan dan pembersihan spiritual. Era ini ditandai dengan pertumbuhan interkomunikasi industri, konstruksi, dan medis.
Periode Mediaeval di Eropa bermula pada tahun 476 Masehi. Gereja menambahkan kekuasaan temporal kepada kepemimpinan spiritualnya dan menjadi pemimpin pemikiran dan cara hidup masyarakat. Pada masa itu, Eropa jatuh ke dalam era kegelapan invasi barbari, pertumpahan darah, pertarungan nasionalistik dan etnis.
Sementara itu di Timur, peradaban Islam memulai pergerakannya. Pada tahun 1453, Sultan Muhammad Fateh menaklukkan Istanbul dan bermulalah era baru. Di Eropa, negara-negara yang baru merdeka seperti Inggris, Perancis, Jerman, dan Austria saling berlomba untuk memperluas ekspansinya.
Seiring dengan masa itu, penemuan kompas magnetik menyebabkan kapal laut dapat melintasi Lautan Atlantik dan akhirnya menemukan Amerika. Renaissance atau kelahiran baru pemikiran dan sains melanda Eropa dan menimbulkan hubungan internasional yang lebih tersusun. Kemudian, revolusi Perancis pada tahun 1789 masehi pecah dan mengakhiri masa renaissance ini, dan zaman pun beralih menjadi Era Industri yang terjadi pada abad ke 19. Era ini pun mengubah wajah Eropa. Penciptaan diikuti dengan penciptaan. Penemuan disusul dengan penemuan. Sejarah bangsa Eropa memasuki fase terbaru dan modern.
Dunia tempat tinggal kita ini telah melakukan langkah besar. Langkah ini memerlukan sebuah revolusi pemikiran. Sains dan industri telah menghilangkan pekerjaan-pekerjaan yang sebelumnya harus dilakukan manusia dengan kerja keras dan menggantikannya dengan alat-alat mesin. Ini membuat manusia bebas untuk menikmati kehidupan secara lebih mudah. Dari sisi lain, ummat manusia juga telah membebaskan akal dan ruh mereka dari sekedar permasalahan ekonomis ke arah penyelidikan misteri penciptaan yang tidak ada batasnya.
Sedemikian kencangnya kemajuan yang terjadi sehingga berbagai kemajuan yang dulunya memakan masa selama berabad-abad, mengikut ukuran waktu siang dan malam, kini ia mengambil masa hanya sekitar beberapa menit atau malah detik. Kapal laut yang dulunya mengambil masa selama berbulan-bulan dan bertahun-tahun untuk melintasi laut dengan menggunakan tenaga angin untuk belayar, kini ditukar dengan tenaga uap dan listrik yang hanya memerlukan beberapa hari untuk tiba di tempat tujuan.
Transportasi darat yang dulunya bergantung pada hewan, kini bergerak menggunakan truk, keret api ,dan pesawat dengan kecepatan yang luar biasa. Pandangan manusia kini tidak terbatas hanya di dunia saja. Mereka telah menjangkau cakrawala dan luar dari angkasa raya; menghujam jauh ke kedalaman laut dan menusuk perut bumi. Kebodohan manusia mengenai planet yang menakjubkan ini kini telah berubah menjadi pengetahuan baru yang begitu mempesona mengenai fakta alami dari angkasa raya yang tidak ada batasnya. Komponen atom yang sedemikian kecil, kini bisa dilihat secara nyata setelah dibesarkan jutaan kali dengan menggunakan mikroskop listrik.
Sebenarnya, peradaban moderen Barat yang telah menghasilkan daya produksi, kemakmuran, kesenangan, dan kesejahteraan tidak bisa disangkal atau dikutuk. Bagaimanapun juga, modernisasi Barat telah menghasilkan kemajuan dalam bidang kesehatan serta kesejahteraan ibu dan anak-anak. Modernisasi juga telah mengurangi tingkat kematian bayi, memperpanjang harapan usia, menyembuhkan penyakit yang sebelumnya tidak bisa disembuhkan, bahkan menghilangkan berbagai wabah dan penyakit.
Meskipun sains dan teknologi telah membawa manusia ke abad terakhir yang lebih jauh dan lebih cepat, bahkan jika dibandingkan 10 milenium pertama sejarah ummat manusia, kita yang berada pada era jet, atom, dan angkasa ini tahu betul bahwa kita hanya baru belajar mengeja abjad A, B,C dari sebuah buku mengenai kepercayaan terhadap Tuhan.
Adalah dikesalkan bahawa kelemahan dan kekurangan peradaban Barat tidak kurang dari kelebihannya. Malah selain dari kemudahan yang diberi oleh pengetahuan dan kebudayaan kepada masyarakat, walaupun lembaran sejarah telah berubah, kebahagiaan manusia tidak juga meningkat dan demikian juga berkurangnya penyakit sosial.
Teknologi dan industrialisasi telah mencapai ke puncaknya sedangkan moral dan kehidupan spiritual tenggelam ke dalam tempat yang tidak ketahui. Manakala sains meningkat, pemikiran menurun, perpecahan berkembang biar, dan barat, menolak nilai-nilai spiritual dan moral tunduk dibawah belenggu penyembahan mesin. Penyembah mesin tidak akan menyentuh kebahagiaan atau kedamaian. Sains mengenakan peraturan hidup yang memberikan kemewahan tetapi bukan kebahagiaan. Karena kebahagiaan adalah luar dari jangkauannya. Sains tidak membedakan manfaat dari kerugian, tidak keburukan dari kecantikkan, hanya kebenaran dari kepalsuan. Peraturan yang dikenakan keatas kehidupan manusia oleh sains saja akan membakar neraka dan ia harus menahannya dari semua harga. Karena peradaban menyeret kejahatan dan korupsi. Ia memercik api keinginan yang membakar memesongkan jiwa dan ruh. Ia melarang ketenangan fikiran, ruh dan keimanan. Jauh dari memberi cahaya sebuah lampu yang menyinari perilaku manusia, sains telah menariknya kedalam lembah yang gelap dan kabur.
Kemenangan dan penaklukan sains, sama seperti peperangan, meninggalkan puing dan sisa, kesedihan dan penderitaan yang tidak dapat dirawat. Di samping setiap bunga yang berkembang dalam taman peradaban, tumbuh duri yang melukai jiwa. Keseimbangan maraknya mobil, pesawat, pabrik, pembedahan, obat-obatan yang hebat dan kemewahan disisi bom-bom, gas, jet dan roket, sinar pembunuh, jenayah dan kekerasan.Dalam batasnya sendiri, intelek adalah hamba yang baik. Tetapi ia tidak memegang non-materi. Oleh yang demikian dengan kejatuhan kebaikan banyak sekali kenyataan yang dianggap benar dihantar ke satu tempat yang tidak lagi ditemui.
Dunia Islam, walaupun tidak berada ditengah gangguan dan aktivitas sains, tidak dapat melarikan diri dari manifestasi kehidupan peribadi, sosial, pendidikan atau kebudayaan, dan banjir ‘peradaban’ melanda kita. Karena ide dan etika tidak mengenal batas bangsa, mereka mengifiltrasi dari negara ke negara- sama ada yang baik atau yang buruk. Kecenderungan manusia seperti apa adanya, yang jahat dan korup mudah saja meresap masuk dengan cepat. Maka dengan itu, walaupun masyarakat kita tidak bisa dibandingkan dalam kemajuan saintifik atau teknologikal, ia memperlihatkan pattern yang sempurna dari keruntuhan Barat.
Masyarakat bisa saja menderita yang lebih buruk dari kehilangan kuasa untuk membedakan yang baik dari jahat: tidak ada masyarakat yang menderita kehilangan ini yang bisa memelihata kebajikan mereka.
Ramai yang hanya melihat zahir peradaban yang kemilau, tetapi buta dengan tragedi yang pahit serta krisis moral yang dihadapi oleh era moderen. Dunia peradaban memainkan sihir nya yang luaran sahaja, sehingga orang meninggalkan penilaian mereka secara sukarela dan menutup mata mereka kepada fakta yang tidak menyenangkan dan segala penyimpangan, dengan merasakan bahwa perbedaan yang sedikit dalam perilaku mereka atau tutur bicara mereka dari apa yang terdapat dibarat akan memalukan; dan malah menyebabkan kemajuan orang-orang barat dan cara untuk mencapai matlamat, membawa pulang hadiah kemerosotan akhlak dan kemusnahan spiritual. Penipuan diri seperti itu merupakan kekurangan yang terburuk, yang menyebabkan hilangnya personaliti, kemerdekaan berfikir, dan penghargaan harta kebudayaan, agama dan bangsa.
Pemikiran atau ideologi yang menyesatkan ini akan membawa mereka keluar dari keyakinan agama.Ia merampas kuasa manusia untuk mendapatkan dan menganalisa peristiwa lewat doktrin universal yang membedakan yang baik dari yang jahat. Dengan cara ini banyak sekali kebenaran yang menjadi tidak jelas.
Bangsa Eropa telah mencapai status modernitas tanpa harus meninggalkan agama dan perilaku mereka. Jepang juga telah mencapai kemajuan yang mencolok untuk kemudian melompat ke tingkat peradaban paling tinggi dengan tingkat kecepatan seperti kilat sambil tetap memelihara pegangan, adat budaya, dan karakteristik mereka. Jepang yang pada asalnya termasuk negeri terbelakang kini menjadi salah satu negara maju dunia. Mereka berhasil mencapai prestasi tersebut setelah melalui berabad-abad periode ketidaktundukkan kepada barat serta sikap untuk tidak menancapkan mata dan telinga kepada Eropa sebagai model untuk ditiru. Jepang secara fanatik bergantung pada warisan kebangsaannya. Mereka membanggakan tradisi orang-orang besar sejarahnya. Jepang melanjutkan tata cara hidupnya seperti masa lampau; merasa megah dengan Shinto dan Buddhisme kuno dan melanjutkannya dengan keinginan yang keras.
Sayangnya, para cendekiawan Barat yang mengklaim diri sebagai pemikir bebas dan revolusioner tidak bisa mendiagnosis secara benar fenomena semacam ini. Basis keilmuan yang mereka miliki bahkan tidak bisa menganalisis apalagi mengatasi masalah sosial yang paling nyata sekalipun. Anehnya, mereka malah menyambut segala bentuk protes atau kritik terhadap agama dengan rasa hormat dan gembira, seraya menganggapnya sebagai pencerahan. Kelalaian seperti itu jelas tidak akan dapat membantu mereka menghadapi realitas kehidupan dengan akal yang bebas. Meluasnya penemuan saintis dalam semua aspek kehidupan material telah membuat manusia mampu melangkah lebih jauh. Sayangnya, ketika para ilmuwan itu menyibukkan diri mereka dengan berbagai penemuan ilmiah dan menyalurkan penemuan mereka ke dalam industri teknologi, mereka malah gagal memahami bahwa mereka hanya mengisi satu sisi fisikal alami manusia dari laboratorium yang luas sambil mengabaikan bagian terbesar lainnya. Mungkinkan kelalaian seperti ini disebabkan oleh bertambahnya kemajuan?
Kenyataan menunjukkan bahwa kesempurnaan sains material tidak pernah disertai dengan bertambahnya wawasan etis. Kedua bidang ini malah berjalan dengan cara berbeda-beda. Sedemikian besar kesenjangan di antara kedua bidang tersebut sehingga ketika sampai pada taraf kejenuhan, kemajuan satu bidang berarti percepatan dalam kemunduran bidang lainnya.
Seorang profesor Eropa di dalam sebuah konferensi sains yang berlangsung di Tehran berkata, “Dalam bidang moral, barat cemburu kepada Timur karena pencapaian moral orang-orang timur lebih kaya dan lebih halus dari barat. Ketika orang-orang Timur mendapatkan manfaat dari sains dan industri barat, barat juga perlu mengambil manfaat dari pencapaian etika dan tata susila timur”.
Untuk melanjutkan kehidupannya, manusia memerlukan prinsip lainnya selain dari budaya industri dan teknologi. Program politik dan sosial telah memotong manusia dari falsafah dasar kehidupannya. Kehidupan mereka menjadi kehilangan ide-ide altruistik untuk saling membantu sesama, dan berubah secara monoton menjadi kehidupan sekedar untuk mencari makan. Pada saat itu, masyarakat pada hakikatnya telah jatuh ke lembah kekerasan yang disebut oleh penyair sebagai ‘tindakan tidak berperikemanusiaan manusia terhadap manusia’.
Malangnya, kemanusiaan kita hari ini masih di tahap anak-anak pra sekolah. Padahal, kita harus mencapai tahap intelektual orang dewasa jika ingin menggunakan secara penuh modal spiritual kita. Hanya dengan cara inilah, spiritualitas tersebut dapat membahagiakan hati dan meningkatkan ruhani. Kemanusiaan yang masih di tahap bayi jelas berada di bawah keinginan untuk mematuhi segala yang telah ditetapkan oleh akal kemanusiaan tahap dewasa. Kenyataannya, kegagalan terbesar manusia sekarang ini terlihat sangat kekanak-kanakan. Mereka tidak mampu menjadikan berbagai kepercayaan terhadap hal-hal yang spiritual sebagai idola. Sebagai gantinya, orang-orang maju itu malah menyembah sains.
Pengalaman-pengalaman yang tidak enak selama berabad-abad dan berbagai kekeliruan baru, akhirnya menghalangi manusia untuk menyadari bahwa satu-satunya pilihan terakhir yang tidak dapat dihindari ialah memasukkan diri ke jalan yang benar dan bimbingan Tuhan. Seorang sosiolog bernama Stahwood Cobb, dalam bukunya yang berjudul ‘Tuhan dua Kabah” menulis sbb,
“Segala sisi vital kehidupan, organisasi, dan kebudayaan masyarakat barat, dirusak oleh krisis yang luar biasa. Seluruh badan dan jiwa politiknya menderita sakit. Urat sarafnya berada di ujung karena dunianya tidak seimbang. Perkembangan saintis material mereka terpisahkan secara jauh dari era menyingsingnya kebudayaan moral esok.
“Fikiran dan perbuatan kita sedang menjalani detik-detik akhir peradaban yang sudah berusia enam abad. Kita melihat cahaya pertama pembaharuan yang masih kabur. Sayangnya, cahaya itu masih terlalu lemah untuk memberi jaminan harapan yang pasti. Bayangan gelap panjang itu masih yang lama. Ia masih tenggelam di bawah garis gelap cahaya yang baru muncul, membuat jalan ke arah yang baru semakin sulit untuk dilihat. Kebudayaan manusia sedang mengalami malam-malam musim dingin yang panjang dalam memikirkan kebudayaan masa lalu. Yang demikian ini sangat menyiksa jiwa kita dengan igauan dan segala macam ketakutan. Kemudian, selepas malam tersebut, muncul kebudayaan baru yang benar-benar universal dan moralis. Kebudayaan tersebut menanti masanya untuk membimbing kemanusiaan.”
Kita membanggakan realisme. Tetapi adalah tidak logis untuk menerimanya secara membuta. Juga bertentangan dengan akal jika realisme diartikan sebagai keharusan untuk mengikuti dan meniru segala perilaku, adat budaya, institusi, dan formula orang lain. Peniruan secara membuta tersebut hanyalah mengikat tali kepatuhan ke leher sendiri. Inisiatif merupakan dasar kemerdekaan. Imitasi adalah parasit yang membelenggu kemerdekaan. Keterbatasan ide dan etika kita lebih banyak dikarenakan kelesuan. Awal dari semua itu adalah kecenderungan untuk berperilaku imitatif. Mengingkari sejarah dan tradisi spiritual kita, untuk kemudian memilih perilaku barat, tidak akan pernah membantu kita mencapai pencerahan.
Dalam bukunya yang berjudul “Islam and Others”, seorang pemikir Islam menulis: “Kita tidak menginginkan sebuah pengasingan intelektual atau sosial. Tapi kita juga tidak ingin sejarah mendikte peradaban kita. Kita adalah umat Islam dan justru Islam telah menyumbangkan warisan yang kaya kepada kebudayaan manusia. Pencapaian positif dapat kita saksikan lewat bangunan dunia moderen. Sayangnya, kita gagal untuk memberikan penilaian positif kepada Islam. Kita juga gagal memelihara keagungan dan kemuliaannya.
“Kalau kita mau mempelajari bagaimana menghargai masa lalu kita yang sukses, hati kita akan terbebas dari rasa rendah diri, rasa yang telah merantai leher kita kepada tirani. Dengan cara itu, kita akan menjadi orang logis yang merdeka. Sayangnya saat ini kita seperti pengemis yang harus mengulurkan topi di rumah orang kaya. Kita menerima pemberian. Padahal seharusnya, kitalah yang melemparkan pemberian itu ke wajah mereka. Seharusnya, kitalah yang berlaku baik kepada mereka. Seharusnya pula, merekalah yang meniru perilaku kita.
“Kenyataannya, bagi kita, peradaban mempunyai dua signifikansi. Ia bisa meliputi dua hal. Pertama adalah bagian peradaban yang tidak dikenal. Kita tidak harus menyadarinya, tetapi harus memeliharanya secara praktis dan personal. Kita praktekkan secara berkesinambangunan sebagaimana secara jelas telah dicontohkan oleh pengalaman dan cara hidup manusia. Makna kedua peradaban adalah manifestasi hebat kebudayaan lain pada peradaban kita. Kebudayaan itu disediakan dan diasuh oleh pihak lain. Di sini, kita harus memilih yang mana sesuai dengan kebutuhan tanpa harus merusak warisan kita. Merendahkan penciptaan warisan tersebut hanya karena pengagungan konsep imitasi hanyalah berarti merendahkan seluruh komunitas manusia dan menganggapnya setara dengan kehidupan monyet”.
Sedemikian besar infiltrasi materialisme merasuki orang-orang berperadaban sehingga hari ini, Anda akan sulit mendapati seorang eropa yang mempunyai tujuan hidup lebih tinggi dari sekedar mencari makan. Meski demikian, mereka umumnya mengikat diri dengan agama yang mereka yakini, yaitu kristen, walaupun agama ini telah banyak bercampur dengan berbabagai bid’ah yang menyimpang dan dianggap tidak mampu memenuhi tuntutan spiritual dan moral.
Kelihatannya memang aneh bahwa agama seperti itu masih bisa mempunyai pengaruh dalam dunia ‘progresif’. Ia bahkan telah dan masih terus membentuk acuan spiritual dan etika peradaban barat. Pada hari minggu, toko-toko dan institusi sekuler ditutup. Lonceng gereja berbunyi dari semua arah dengan jelas. Berbagai kelompok dari strata sosial yang berbeda hadir mendengarkan ceramah dengan penuh perhatian. Televisi menyiarkan acara keagamaan dari gereja. Mereka yang agamis membawa bayi-bayi ke gereja untuk dibaptis oleh pendeta sebagai bentuk pengesahan atas agamanya. Para tokoh agama dihormati. Mereka dipanggil ‘father’ atau bapa spiritual masyarakat.
Di sepanjang abad kekuasaan gereja, ketika ekonomi Eropa berlandaskan kepada penguasaan atas tanah, sejumlah uang atau barang diambil dari semua hasil pertanian untuk membantu anggaran belanja institusi agama yang mahal. Selama 200 tahun terakhir atau lebih, dengan bertambahnya sekularisasi masyarakat dan perubahan transformasi ekonomi kepada industri dan perdagangan, tanah demi tanah telah menghapuskan sistem pemberian sumbangan secara tetap kepada gereja dan kependetaan. Tetapi pemberian besar masih terus berlangsung. Dengan setia mereka masih tetap memberikan sumbangan secara sukarela. Seringnya, sumbangan ini diberikan di bawah sistem pengawasan. Inilah cara pemimpin spiritual Kristen menguasai anggaran yang bisa mencukupi keperluan mereka.
Sebuah komisi telah dibuat untuk mengontrol sistem layanan masyarakat. Di sini, gereja memainkan perannya yang penting. Pihak gereja mengelola perencanaan pendidikan pra-sekolah dan sekolah dasar. Selama sembilan tahun masa sekolah, murid-murid diharuskan menghadiri gereja pada hari minggu dengan berbagai pelayanan yang disediakan secara khusus. Semuanya berdasarkan instruksi agama sesuai dengan kelompok usia mereka. Yang paling aneh ialah, anak-anak tidak berdosa itu harus pergi ke gereja untuk mengakui dosa mereka kepada paderi.
Film tidak mungkin ditayangkan tanpa mendapat izin dari lembaga yang terdiri dari pemimpin gereja, para doktor, sosiolog, ekonom dan psikolog. Berbagai pandangan agama, psychologi, sosiologi, dan ekonomi diambil sebagai bahan pertimbangan penayangan film.
Secara garis besar, terdapat dua jenis agama, yaitu agama wahyu dan agama natural. Hari ini keduanya mengalami kepincangan. Hampir semua manifestasi mereka bukan saja tidak tumbuh malah sebaliknya semakin menyusut ke arah kehancuran. Selain dari Islam, Kristen merupakan satu pengecualian. Sejak agama ini membuat upaya besar berskala dunia, ia telah berkembang sepanjang masa. Dengan demikian, ia selalu berhadapan dengan penyebaran Islam di seluruh dunia.
Gabungan beberapa faktor menjadi kelebihan pengembangan Kristen. Dari dulu hingga kini, suasana dunia sangatlah kondusif bagi pengembangan pemikiran populer yang dipengaruhi oleh propaganda mahir untuk bergerak ke arah yang diinginkan. Dalam teknik pengiklanan moderen, disebutkan bahwa jiwa itu sangat mudah terpengaruh oleh citra yang bisa timbul di luar kesadaran. Perubahan sosial yang berlangsung di abad-abad terakhir telah membuat teknik ini menjadi soal hidup dan mati. Dalam krisis seperti ini, para tokoh Kristen telah melancarkan kampanye global, dengan sokongan penuh dari berbagai lembaga Kristen, untuk menjadikan Kristen mudah dicapai oleh siapapun.
Ketika gelombang propaganda agama membanjiri orang-orang berperadaban, sikap hidup materialistis telah membatasi pemikiran manusia dan merampas upaya mereka masuk ke dalam permasalahan moral dan spiritual. Manusia begitu terpesona dengan kemewahan material sehingga mereka berpaling dari pencarian kebenaran dan spiritual.
Semua faktor yang disebutkan tadi telah membantu kristen untuk membanjiri dunia dengan berbagai kepercayaan tak logis yang tidak bisa begitu saja dihapuskan dari akar pemikiran dan jiwa Barat.
Berkaitan dengan Islam, Kita tidak bisa mengatakan bahwa upaya dakwah Islam sama energik atau efektifnya dengan upaya Barat menyebarkan Kristen. Harus kita akui bahwa kita tidak mempelajari hal-hal penting berkaitan dengan publisitas sehingga tidak punya apapun untuk kita jelaskan. Sebenarnya, kekuatan cahaya ajaran Islam bisa memenuhi kehidupan manusia, andai saja kita mau berubah.
Berabad-abad lamanya, Islam tidak melakukan sesuatu yang menonjol dalam bidang dakwah. Selepas ledakan pertama dari kebangkitan revolusioner dari tanah Arab, para hartawan dan penguasa Islam memilih untuk menjaga status quo bagi kepentingan diri mereka sendiri. Pada saat yang sama, umat Islam berpecah dari kesatuan. Sebagai konsekwensinya, Islam kehilangan supremasi politik dalam urusan dunia dan berbagai bagian dari agama ini jatuh menjadi mangsa imperialisme barat.
Pada seri sebelumnya, kita bicara tentang perkembangan kristen di dunia, dan pada seri kali ini kami akan berbicara mengenai asal-muasal organisasi gereja.
Agama Kristen disebarkan tanpa mengajarkan prinsip sosial, undang-undang, atau sistem yang definitif dalam pelaksanaan suatu urusan. Kekurangan ini telah lama menghalangi pemimpin spiritual kristen untuk ikut campur tangan dalam urusan sosial, politik, atau pemerintahan. Begitulah seterusnya hingga abad keenam era kristiani. Pada hari natal tahun 800, raja Franks dianugerahi gelar Kaisar dan dia memindahkan sebagian wilayahnya ke bawah kekuasaan Paus. Inilah saat dimulainya zaman supremasi dan kegemilangan kepemimpinan Kristen. Gereja menjadi lebih berkuasa dan mewah. Konflik pun kemudian timbul antara pemimpin politik dan agama untuk mendapatkan kekuasaan. Eropa akhirnya menjadi korban perang penindasan antara Paus dan Imperatur.
Orang yang menganggap gereja sebagai manifestasi maknawi Yesus merupakan pengikut garis keras para pendeta. Dengan bantuan mereka, gereja memperoleh kekuasaan. Pengaruh para pendeta dalam urusan dunia semakin hari semakin besar sehingga akhirnya hegemoni gereja yang tak tertandingi telah mengikat bangsa-bangsa di Eropa. Pada awalnya, yaitu sebelum terjadinya perpecahan dalam tubuh kristen, setiap kota kristen mempunyai pendeta sendiri. Kota-kota tersebut lalu digabungkan di bawah administrasi seorang Archbishop atau Kepala Pendeta. Pendeta Roma perlahan-lahan memperoleh kekuasaan sebagai Paus. Paus berarti papa atau bapak bagi semua umat Kristen.
Paus melibatkan diri dalam semua urusan agama, termasuk melantik dan menyingkirkan pendeta dan kepala pendeta. Akhirnya perilaku ini dianggap keterlaluan oleh kota-kota metropolitan Kristen di Constantinopel, atau Istanbul saat ini. Mereka kemudian memutuskan untuk menarik diri dari wilayah kekuasaan juridiksi Paus dan mendirikan wilayah kekuasaan sendiri. Mereka pun mengumumkan bahwa ibu kota kekaisaran dipindahkan dari Roma ke Constantinopel. Setelah terjadi beberapa kali pertempuran sengit antara antara Paus dan para penguasa Istanbul, pada tahun 1052 berakhirlah peperangan itu. Kristen kemudian terpecah menjadi dua kelompok. Eropa timur yang berada di bawah kekuasaaan pendeta Constantinopel menamakan diri sebagai Orthodox. Eropa barat, yaitu dari Polandia sampai ke Spanyol tetap patuh kepada Paus dan menyebut diri sebagai Katolik. Dua lembaga agama ini melakukan upacara yang berbeda dan saling melemparkan tuduhan satu sama lain.
Pada awal abad ke 16, lembaga ketiga dibentuk di Eropa, yang dimulai oleh Luther dengan nama Protestan. Luther dan pengikutnya menentang sikap Paus yang menjual tempat di surga dengan meringankan hukuman atas dosa yang dilakukan. Mereka berusaha untuk memperbaiki seluruh gereja dan membersihkannya dari kekeliruan dan korupsi. Usaha mereka malah menambah perpecahan dalam tubuh agama Yesus yang sesungguhnya tunggal dan merupakan agama yang bersahaja. Pengikut Luther yang berjumlah sangat besar, termasuk sebagian besar Eropa Utara menolak kekuasaan Paus dan mendirikan kelompok kristen ketiga.
Kekuasaan absolut Paus di dalam Katolik Eropa pada abad ke 12 dan ke 13 menimbulkan reaksi yang tak terduga. Pada saat itu, muncul beberapa gerakan menyimpang pembawa doktrin baru yang dikecam oleh Paus. Keresahan Paus dan kelompok Katolik menjadi sedemikian besar terhadap gerakan penyimpangan ini, sehingga pada tahun 1215 masehi, Paus membentuk Lembaga Inkuisisi untuk memerangi dan memberantas penyimpangan tersebut. Lembaga ini mempunyai cabang di setiap kota Perancis, Itali, Jerman, Polandia, Spanyol dan negeri-negeri Kristen yang lain. Orang yang dituduh melakukan penyimpangan akan berhadapan dengan para penyelidik. Jika didapati bersalah, ia akan menerima hukuman yang berat.
Lembaga ini memiliki kekuasaan yang besar, sampai-sampai menekan segala bentuk kebebasan berfikir. Siapapun yang dicurigai memiliki ide dan pandangan yang bertentangan dengan pandangan gereja akan disiksa dengan keras. Malah lembaga ini adakalanya mengeluarkan hukum vonis sesat pada mereka yang sudah mati, dan memerintahkan supaya kerandanya dikeluarkan dari kuburan. Proses ini dijelaskan oleh Will Durant dalam bukunya History of Civilisation vol 18 halaman 35 sebagai berikut:
"Mahkamah Inspeksi Ide, Hukum, dan Agama memiliki tatacara legalnya sendiri. Sebelum mahkamah lokal didirikan, akta-iman akan dibacakan di seluruh mimbar gereja. Akta ini menuntut informasi tentang orang-orang yang dicurigai berpaham ateis, tidak beragama, atau sesat. Orang-orang tersebut akan diseret ke muka pengadilan. Tetangga, rekan, dan sahabat diminta untuk menjadi informan.
Informan diberi jaminan untuk dirahasiakan dan dilindungi. Siapa saja yang dianggap sebagai ateis, atau gagal untuk membuktikan bahwa dirinya bukan ateis, akan dipenjarakan dan diancam dengan penyingkiran, kecaman, dan berbagai larangan. Adakalanya yang sudah mati divonis sebagai ateis dan memperolok-olok Tuhan. Upacara khusus dijalankan untuk menunjukkan hukuman yang dikenakan kepada mereka. Harta mereka dirampas. Ahli waris yang seharusnya mewarisi harta mereka disingkirkan dari hak waris. 30 hingga 50 persen harta orang mati yang divonis tadi, diberikan kepada yang mendakwa.
Bentuk hukuman juga berlainan mengikuti tempat dan waktu yang berbeda-beda. Di satu tempat, si terdakwa digantung dengan tangan diikat pada bagian belakangnya. Di tempat lain terdakwa diikat sedemikian rupa sehingga tidak bisa bergerak, dan air dikucurkan ke dalam tenggorakannya sampai mati lemas. Ada pula yang diikat dengan tali sedemikian keras pada bagian lengan dan kaki sehingga ikatan itu melukai tulangnya.
Sedemikian kuatnya kekuasaan Kristen di Eropa sehingga tidak kurang dari 10 raja dan pemimpin politik Jerman dan Perancis yang telah disingkirkan oleh Paus. Sebagian dari tuan tanah yang kaya turut kehilangan tanah mereka. Sebagian lagi dikenai hukuman massa.
Pada tahun 1075, Paus Gregory VII telah menyingkirkan Imperatur Jerman, Henry IV, karena ia tidak mempedulikan titah Paus. Dia diminta untuk turun dari tahtanya. Henry dengan segera menyatakan penyesalannya dan pergi ke Mahkamah Paus. Saat itu Paus menangguhkan pertemuan selama tiga hari sebelum menerima kedatangan Sang Raja untuk kemudian memberikan pengampunan.
Pada tahun 1141, Paus Innocent kedua menyingkirkan Louis VII dari tahta. Tahun 1205, Paus Innocent kedua yang lain menyingkirkan King John of England karena menyerang beberapa orang uskup.
Akhirnya John terpaksa mengirimkan pesan kepada Paus dengan kata-kata sbb;
“Seorang utusan angelik, atas nama Inggris dan Irlandia, mendoakan Yesus dan pengikutnya, penaung kami Paus Innocent, dan dan seluruh penerus katoliknya. Sejak hari ini, kami menjadikan kerajaan ini sebagai penganut setia Paus dan hirarkinya. Kami telah menganggarkan 1.000 pound Inggeris untuk disumbangkan kepada kotak gereja setiap tahunnya. 500 pound diberikan setengah tahun sekali, dalam bentuk uang perak.
Jika saya atau pengganti saya yang berada di tahta Inggris melanggar perjanjian ini, dengan sendirinya kami akan kehilangan kekuasaan Inggeris.
Surat John ini bisa dibaca pada buku karya Marcel Cache berjudul Social History, jilid dua. Di halaman 123 buku tersebut, tertulis juga bahwa pada periode ini, 5 juta orang dihukum karena melanggar fikiran orthodox atau menentang titah Paus. Mereka dihukum gantung atau mereka dicampakkan ke dalam penjara yang mirip sumur gelap. Dalam tempo 18 tahun, antara tahun 1481-1499, mahkamah gereja telah membakar hidup-hidup 1.020 orang. 6.860 orang digergaji hingga hancur lebur dan 97.023 disiksa hingga mati.
Victor Hugo menulis dalam buku History of Free Thought, halaman 147 sbb:
“Sejarah gereja yang sebenarnya bukan saja dapat dibaca lewat halaman-halaman buku, tetapi juga di celah-celah baris catatan resmi. Gereja telah menyebabkan Parnili dihukum cambuk sehingga hampir saja menemui ajalnya. Hal itu terjadi lantaran ia menyatakan bahwa bintang tidak jatuh dari jalan yang telah ditentukan. Pihak gereja melemparkan Campland ke dalam penjara sebanyak 27 kali karena dia mengklaim adanya kehidupan selain di bumi. Gereja menyiksa Harvey karena membuktikan bahwa darah beredar lewat urat dan saluran darah di dalam badan.
Gereja juga memenjarakan Galileo karena dia menyatakan bahwa bumi mengitari matahari, sebuah pernyataan ilmiah yang kontradiktif dengan teori yang terdapat dalam perjanjian lama dan baru. Gereja memenjarakan Christopher Columbus yang menemukan benua tanpa memberitahu Saint Paul. Gereja memvonis setiap penemuan hukum alam, evolusi dunia, ataupun benua yang sebelumnya tidak diramalkan oleh kitab suci, sebagai sebuah pelanggaran moral. Gereja menyingkirkan Pascal dan Montey karena dianggap tidak bermoral, dan Muller dengan tuduhan pencabulan”.
Gereja juga menunjukkan kekuasaannya dalam memerangi Islam. Dengan alasan untuk membebaskan Jerusalem, antara tahun 1095 hingga 1270 gereja melancarkan operasi berdarah dan kejam dalam apa yang disebut dengan ‘Perang demi Salib’.
Walaupun sebab utama perang-perang ini adalah kebencian dan kecemburuan Paus dan hirakinya terhadap Islam, tetapi kebencian itu mereka perluas di kalangan orang kebanyakan dengan cara memberikan janji-janji palsu berkaitan dengan pampasan perang. Mereka juga membangkitkan kebencian itu dengan melemparkan fitnahan terhadap orang Islam. Paus Urban II pernah menggelar kongres pendeta dan pemimpin agama untuk memberi fatwa memerangi umat Islam. Saat itu Paus memerintah semua uskup dan pendeta untuk memerintahkan setiap orang laki-laki untuk pergi berperang. Dia sendiri mengkampanyekannya di Perancis.
Sedemikian besar jumlah pasukan pertama yang pergi ke Jerusalem sehingga digambarkan seolah-olah semua orang Eropa berjalan kaki ke arah Asia. Sebagian mengatakan bahwa satu juta orang mengikuti arak-arakan ini. Dalam perjalanan, mereka merampas, membakar, membunuh dan melukai warga setempat. Mereka membunuh tentara dan rakyat sipil, termasuk anak-anak dan wanita. Ketika mereka akhirnya menguasai Jerusalem pada tahun 1099, yaitu tiga tahun terhitung sejak dimulainya perang, dari jutaan orang yang terlibat perang itu hanya 20.000 orang saja yang selamat. Perang dan wabah yang muncul menyusul peristiwa itu dan menimbulkan korban dalam jumlah banyak di kalangan Kristen dan warga lain.
Gustave Le Bon dalam bukunya “La Civilisation Islamique er Arabe” hal. 407 mengatakan, “Kekejaman yang dilakukan oleh tentara salib terhadap kawan maupun lawan, tentera maupun rakyat sipil, wanita ataupun anak-anak, orang tua maupun anak muda, membuat mereka menduduki tempat teratas dalam sejarah kekerasan”.
Salah seorang saksi sejarah, Robert The Monk, menulis sbb:
“Tentara kami menyerbu seluruh lorong, medan, serta di atas bumbung-bumbung rumah yang bersambungan seperti singa yang kehilangan anaknya. Kami mencabik-cabik anak-anak dengan kejam. Kami membunuh orang tua dan muda dengan pedang. Untuk mempercepat kerja, kami menggunakan satu tali untuk mengantung leher beberapa orang”.
Tentara merampas dan merampok apa saja yang mereka temukan. Mereka bahkan merobek perut para korban untuk mencari emas dan uang. Apa saja yang ditemukan, mereka rampas. Akhirnya, Bohemond mengumpulkan semua yang selamat, lelaki ataupun perempuan, yang cacat dan tidak berdaya di dalam sebuah istana, dan membunuh mereka semua. Mereka meninggalkan yang muda untuk dijual di pasar budak Antioch. Godfrey Hardouinville melaporkan kepada Paus, “Di Jerusalem, umat Islam yang ditangkap, dibunuh oleh orang-orang kami di halaman kuil Solomon hingga kuil itu dipenuhi dengan darah yang menggenang sampai ke lutut.
Penyiksaan yang dilakukan pengadilan terhadap kelompok cendekiawan dan pemikir pada zaman itu menimbulkan reaksi yang tidak terduga dari gereja. Saintis yang berfikiran bebas tetap melanjutkan pekerjaan mereka. Tetapi, mereka dihimpit oleh kesempitan pemikiran gereja sehingga terpaksa mengundurkan diri dan meninggalkan kehidupan ilmiahnya. Akhirnya mereka mengambil kesimpulan bahwa semua agama adalah partisan khurafat, kebodohan, dan penindasan sains. Kekejaman pihak gereja dan sikap barbarisme mahkamah gereja menimbulkan rasa benci dan keraguan di kalangan masyarakat terhadap seluruh agama.
Di Rusia, pihak gereja tidak memperdulikan nasib orang miskin dan fakir. Hubungan erat gereja dengan kelompok kaya menimbulkan reaksi yang memperkuat timbulnya gerakan komunisme. Pemimpin komunisme saat itu mengumumkan perang terhadap agama. Agama dianggap sebagai alat kaum kapitalis dan pemeras tenaga kerja. Bagi kaum komunis, hanya dengan mengikis Tuhan dalam fikiran manusia, revolusi kebebasan, persamaan, dan keadilan akan terealisasi.
Ferdof, dalam bukunya berjudul “Religion in the USSR” halaman 7 menulis sbb, “Dalam Czarist Russia, gereja memiliki harta yang banyak dalam bentuk tanah, bangunan dan harta lainnya berupa jutaan uang emas di bank. Gereja memperoleh pendapatannya dari kehutanan, peternakan, perdagangan, perindustrian dan lainnya. Malah, gereja merupakan pemilik tanah terluas dan pemilik bank terbesar di Russia. Gereja mengeksploitasi para pedagang kecil dan besar tanpa belas kasihan dan tidak berusaha memperbaiki kondisi kerja industri. Sedemikian besarnya kebencian ini timbul pada kelas pekerja dan peniaga sehingga mereka memanggil para pendeta sebagai serigala berpakaian rohaniawan.
Pada zamannya, Kristen pernah menjadi pemelihara adat dan tradisi lama, serta konservatif dan reaksioner. Hari ini, gereja telah belajar untuk memperkukuhkan fondasinya dan menambah kegemilangan sejarahnya dengan memanfaatkan apa saja yang ditawarkan oleh sains dan kebudayaan kepada jenius modern.
Gereja Katolik saja mempunyai 4.000 badan pendakwah yang bertebaran di seluruh dunia. Anggaran yang dimiliki menyebabkan mereka bisa memperluas usaha untuk menarik orang-orang Kongo, Tibet, dan Australia primitif menjadi umat kristen
Anggaran tahunan gereja Inggris mencapai lebih dari 1.125.000 dolar Amerika. Dibandingkan dengan apa yang diperoleh oleh Islam, angka tersebut sungguh memilukan hati.
Gospel telah diterjemahkan ke dalam lebih dari 1.000 bahasa. Pada tahun 1973 sebuah lembaga Amerika; Society for the Publication and Distribution of the Gospel, menerbitkan 24 juta exemplar buku tersebut.
Pihak Vatikan menerbitkan surat kabarnya sendiri bernama “L’Osservatore Romano” dengan sirkulasi sebanyak 300.000. Ia menerbitkan kira-kira 50 majalah dengan sirkulasi jutaan perbulan. Vatikan juga mengelola 32.000 sekolah dasar, universitas, dan rumah sakit. Lembaga itu juga memiliki empat agen besar yang bertugas mengirimkan misionaris kristen ke seluruh benua.
Kristen menggunakan tiga cara dalam propagandanya:

1. Menterjemahkan kitab perjanjian baru.

2. Mendirikan gereja dan tempat beribadah.

3. Mengirim misionaris ke seluruh penjuru dunia.
Aliran Protestan juga menekankan usaha yang membanggakan dalam rangka mengembangkan ajaran mereka. The Reader’s Digest menulis sebagai berikut,
“Fondasi revolusioner Gereja Protestan Amerika adalah revolusi terhadap usaha di Eropa, dalam rangka memperbaharui penekanan ‘tithe’ yang merupakan hak gereja kuno. Tetapi, sejak tahun 1950, gerakan stewardship sedemikian meningkat sehingga banyak perhimpunan menambahkan dua kali lipat atau tiga kali lipat sumbangan mereka. Yang demikian ini memperbesar kemungkinan didirikannya ratusan gereja baru dan memperbanyak lagi pengiriman misionaris ke dalam dan luar negeri. Yang paling penting, perhimpunan dan anggota mereka menyadari bahwa dari kebangkitan kembali adat kuno ini, mereka mendapatkan hasil yang memuaskan dan tidak terduga.
Pembentukan Agama Kristen tidak bimbang dengan Judaisme, Hinduisme atau Buddhisme, karena semua agama kelompok nasional ini, yang menekankan pengaruh kecil diluar dari lingkaran lokalnya. Oleh yang demikian satu-satunya agama yang mengancam kristen adalah Islam. Karena ia memiliki ideologi yang mereka ketahui, sebagian sebagai sahabat dan sebagian lagi sebagai musuh. Suddeutscher Zeitung melaporkan bahawa Paus menyebut dihadapan perhimpunan biskop di Kounsel Vatikan: Islam merupakan ancaman yang lebih serius di Afrika kepada Kristen dari komunis.
Walaupun upaya misionari Islam hampir tidak ada, nafas kebudayaan dan kuasa emosional berjaya menawan hati ramai saudara baru diberbagai tempat, khususnya Afrika, dimana kaum kulit hitam yang tertindas menemui konsep persaudaraan Islam begitu indah, sehingga pihak gereja gagal untuk memperhatikan jumlah atau angka penganut baru Islam.
Institiut Belgia melaporkan bahawa pada permulaan abad ke 20, terdapat 4,000 umat Islam disalah satu propinsi Congo dan pada tahun 1960an jumlah ini telah bertambah menjadi 236,000 di Maniyema, Stanleyville dan Kivu.
Majalah Paris Peru menukil kata-kata dari Marcel Corder, seorang eropa pakar Islam diAfrika sebagai mengatakan: Islam, yang satu ketika pernah menjadi agama kepala daerah dan anak-anak raja, kini menjadi pegangan rakyat, sama seperti banjir yang menuju kearah kehidupan yang lebih baik dan lebih aman. Banjir ini turut membawa realisme dan urgensi penyebaran Islam dari utara afrika ke selatan dengan kelajuan yang tidak dapat dihalangi.
Reveu de Paris, menilai Islam, jahiliyah dan kristen di Afika, mengatakan: Islam sedang mara dengan gerakan yang luarbiasa, memenangi pukul rata setengah juta saudara baru setiap tahun, bukan dikarenakan oleh akar kunonya, tetapi dikarenakan kondisi kehidupan yang baru muncul di abad yang terakhir, sehinggakan estimasi konservatif bisa disebutkan bahawa 50 persen kulit hitam Afrika adalah muslim disatu tahap……Pada tahun 1950, empat orang berkelulusan al Azhar membuka sekolah muslim di Mabaku, dimana ia bergerak cepat sehinggalah pemerintah Perancis masuk dan segera mengambil langkah untuk menutupnya.
Dr.L.V. Vaglieri, Progessor Universitas Naples menulis: Mengapa disebalik kebebasan baik yang diberikan kepada non muslim dalam masyarakat Islam, dan kekurangan total dari sebarang kerja pendakwah Islam hari ini, dan juga kelemahan umum semua agama disemua tempat, Islam tetap mengambil langkahnya yang besar di Asia dan Afrika pada tahun-tahun kebelakangan ini? Dewasa ini bukan pedang yang menjadi sebab orang menerima Islam. Malah banyak sekali negara yang dulunya kepunyaan pemerintah Islam kini berada dibahawa pemerintahan non muslim yang memaksakan agama mereka ke atas penduduk Muslim, sayangnya mereka tetap gagal dalam mencapai kehendak mereka! Apakah kuasa yang tersembunyi dalam agama ini? Apakah yang tersirat dalam ajaran agama ini sehingga manusia merasakan kepuasannya? Elemen apa yang menyebabkan jiwa manusia tergerak untuk menyambut seruan Islam dengan antusias sekali dan dengan gembira melaungkan: aku disini?
Kristen tidak akan berhenti sama sekali dalam upaya mereka untuk menghancurkan Islam. Profesor Muhammad Qutb menuliskan: Perusahaan perkapalan yang berasal dari Inggeris mengelola perusahaan di Afrika Selatan. Pada satu ketika ia pernah mengambil ramai sekali umat Islam Afrika Selatan untuk bekerja di kapalnya, tetapi sebagai sebuah perusahaan kristen, kemudian dia tidak lagi ingin untuk mengambil orang Islam sebagai pekerjanya. Untuk mencapai matalamatnya, dia membayarkan sebagian dari gaji pekerja dengan arak. Oleh karena arak diharamkan oleh Islam, tidak juga mungkin untuk mereka menjualnya, maka mereka kehilangan gaji dari bagian tersebut. Seorang peguam cara muslim mengetahui perkara tersebut dan menasihatkan mereka untuk menolak dari menerima bayaran seperti itu, yang tidak pernah dilakukan di seluruh dunia, dan membawa pihak perusahaan ke pengadilan jika perusahaan itu menolak permintaan mereka. Perusahaan itu, mengambil langkah untuk menyingkirkan setiap umat Islam yang mereka ambil bekerja.
Pendakwah muslim disambut baik di Afrika. Rakyat dibenua ini sedia untuk memeluk Islam dengan hati dan jiwa mereka jika saja mereka ditunjukkan sebarang semangat dalam menyampaikan ajaran kepada mereka. Lebih-lebih lagi bila rakyat Afrika sememangnya mencari agama yang bisa mengharmonikan spiritual dan materi, mempromosi persamaan sosial dan keadilan dan menyeru manusia kepada keamanan, kedamaian dan kebenaran.
Kristen modern tidak bisa melakukannya karena kekurangan dan kelemahan yang ada pada agama tersebut. Gereja sendiri merupakan faktor pemecahan, mendukung diskriminasi dan tidak membenarkan orang kulit putih dan hitam melakukan ibadah pada Tuhan yang sama di dalam satu bangunan pada masa yang sama! Malah, sikap kristen adalah tidak manusiawi kepada orang kulit hitam.
Lumumba, mantan pemimpin Congo, pernah mengatakan kepada sebuah surat kabar terbitan Paris sebagai berikut.
“Saya tidak pernah dapat memahami mengapa di sekolah kami diajarkan bahwa ajaran Kristen layak untuk dihormati, sementara itu di luar, orang-orang Eropa berperilaku jauh berbeda dari prinsip tersebut. Mereka menginjak segala peradaban manusia. Bagaimanapun juga, realitas perilaku orang-orang Eropa ketika melayani kulit hitam mendustakan apa yang diajarkan di sekolah-sekolah.
Kristen bukan saja didahului oleh kemajuan Islam di Afrika. Di Amerika, Islam juga mendapat sambutan yang baik di kalangan orang yang berkulit hitam. Berbagai upaya dilakukan untuk menekan gerakan-gerakan Islam. Senat Amerika pernah meminta presiden untuk melarang Black Muslim dan menganggap ilegal aktivitas mereka. Tetapi, tekanan ini hanya menambah anggota Black Muslim dan memperkuat antusias mereka dalam beraktivitas. Kini, mereka memiliki lebih dari 70 cabang di 27 provinsi. Pusat kebudayaan Islam telah dibangun di Chicago dan Detroit. Pada saat yang sama, berbagai Islamic centre dan masjid telah dibangun di kebanyakan kota-kota Amerika. Umat Islam mengelola surat kabar yang dengan nama “Muhammad Speaks”. Di mana-mana, mereka menggelar demonstrasi menggelar spanduk dengan tulisan: “Tiada Tuhan melainkan Allah dan Muhammad adalah utusan-Nya”.
Black Muslim melaksanakan tanggung jawab agama mereka dengan penuh antusias. Wanita-wanita mereka memakai hijab. Mereka berusaha untuk membeli daging halal, yang bertanda jaminan Bulan dan Bintang. Fakta bahwa beberapa orang menjadi kaya dengan memonopoli penjualan pakaian, makanan, dan keperluan lain umat Islam, memang menunjukkan bahwa ada orang-orang yang mengeksploitasi agama baru ini. Fakta yang sama menunjukkan bahwa masih sangat banyak saudara baru yang masih mempunyai sekadar pengetahuan mendasar atas kebenaran teologis yang mendasari keimanan mereka. Hanya saja, fakta-fakta ini tidak bisa menafikan karunia yang telah dilimpahkan kepada masyarakat yang baru memeluk agama Islam. Yang demikian ini bisa saja dianggap sebagai penyakit. Tapi, itu adalah sakit yang bisa dirawat menurut ajaran dan amalan yang terdapat di dalam agama ini.
Oleh karena itu, Black Muslim begitu bersemangat untuk mempelajari bahasa Arab dan meminta sekolah dan college mengajarkan anak-anak mereka bahasa Arab supaya mereka dapat membaca Al-Quran. Di kalangan mereka pun mungkin saja ada pencuri yang kemudian dihukum. Meskipun demikian, musuh-musuh Islam pun tetap saja mengakui bahwa Islam telah membawa perubahan di hati orang-orang Islam kulit hitam.
Sebaliknya, missionaris Kristen di Afrika tidak berusaha untuk membantu orang-orang Afrika supaya mereka bisa maju sejajar dengan orang-orang kulit putih. Mereka berharap supaya orang-orang kulit hitam itu tetap menjadi budak gereja dan negara milik kulit putih.
Profesor Westermann, dalam bukunya “Imperialism and the Gospel” menulis sbb.
“Agama Islam telah meningkatkan kedudukan sosial orang-orang kulit hitam, menambah rasa harga diri, menunjukkan potensi, mengajarkan mereka untuk menjadi warga dunia, serta menjelaskan hubungan dengan orang-orang Eropa secara terhormat.
“Orang kulit hitam yang dulunya menjunjung sampah di atas kepala, kini mendapatkan kemuliaan di dalam Islam. Mereka memperoleh status yang memberikannya penghormatan, walaupun sedang berada di antara orang-orang Eropa. Tetapi, orang kulit hitam yang meninggalkan paganisme untuk kemudian memeluk Kristen akan melihat diri mereka berbeda dari muslim kulit hitam. Bagaimanapun juga, fondasi masyarakat kita berbeda dengan fondasi di mana orang-orang kulit hitam dibesarkan”.
“Orang kulit hitam hanya mampu melihat keistimewaan luar peradaban kita, tetapi tidak bisa menyentuh batinnya. Itu terjadi karena kita tidak memberi mereka latihan yang diperlukan supaya mereka bisa mempraktekkannya. Kita juga tidak melatih mereka supaya bisa berkontribusi dan menjadi istimewa. Kita tidak memahami tugas untuk mempelajari latar belakang kebudayaan kulit hitam, sekaligus membantu orang-orang Afrika mencapai kemajuan yang merupakan kelanjutan dari kemajuan bersejarah orang-orang kulit hitam”.
Westermann juga menambahkan,
“Membandingkan secara lahiriah latar belakang orang-orang Afrika dengan yang kita miliki sama dengan membenarkan anggapan orang Afrika terhadap cara hidup kita. Kita memberikan gambaran yang tidak indah dan sebelah pihak mengenai orang kulit hitam kepada masyarakat Eropa. Kita memberi gambaran bahwa orang kulit hitam adalah kelas rendah bagi Eropa”.
“Tetapi, Islam memberikan gambaran bahwa seorang kulit hitam itu harus dihormati oleh dirinya sendiri dan juga oleh orang lain. Islam memberikan kepadanya rasa persamaan yang secara alami gagal kita lihat. Afrika adalah manusia dengan sejarah dan kebudayaannya sendiri. Tetapi Kristen, yang mengira bahwa kebudayaan mereka itu alami, malah menganggap orang kulit hitam yang menganut agama Kristen dengan sikap tinggi hati dikarenakan kemiskinan orang-orang kulit hitam itu. Mereka memprovokasi orang kulit hitam untuk membuktikan superioritas mereka. Di sini, manakala Kristen kulit hitam disudutkan ke arah sikap rendah diri, muslim kulit hitam menawarkan peluang. Untuk alasan yang sama, orang-orang Negro Amerika menyambut Islam dan menjauhkan diri dari Kristen”. Para pemimpin gereja menghadapi kemajuan Islam dengan sikap penuh kegelisahan. Untuk menghalangi Islam supaya jangan sampai didengar oleh manusia, para pemimpin Kristen menggunakan taktik tipu daya dalam bentuk propaganda dunia yang tidak pernah berhenti.
Saya melihat sebuah contoh mengenai kasus ini dalam televisi Jerman. Seorang warga muslim dari Yaman berbicara masjid di Yaman dan ibadah yang dilakukan di dalamnya. Orang yang melakukan wawancara kemudian malah memberikan penjelasan yang detail mengenai kemiskinan dan kesulitan di negara ini. Dia menyalahkan Islam sebagai batu penghalang kemajuan rakyat Yaman. Ia mengatakan bahwa kesetiaan fanatik kepada ajaran dan prinsip Islam menjadikan Yaman berada dalam kemunduran, primitif, dan lemah. Yaman disebutnya dua abad di belakang langkah kemajuan peradaban negara lain. Inilah yang disebutnya sebagai sebuah contoh kegagalan Islam dalam melangkah dan berubah menuju kesejahteraan. Inilah yang membuat ummat Islam tidak bisa memperoleh kehidupan sebagaimana yang dirasakan oleh sebagian besar ummat manusia di dunia ini.
Bayangkan, bagaimana program propaganda yang didukung oleh para pakar pemilihan film ini mempengaruhi benak orang-orang Eropa, tidak peduli apakah mereka tidak memahami, kurang memahami, atau salah menyalahpahami Islam. Tentu saja, distorsi seperti ini merupakan kecurangan terhadap kemanusiaan.
Sebanernya, kepada mereka yang berbicara buruk mengenai Islam ini haruslah ditanyakan, “Jika Yaman kurang maju dalam kehidupan material dikarenakan latar belakang agama mereka, mengapa Italia Selatan sedemikian mundur ketika Paus memerintah di sana?” Mengapa banyak sekali orang yang meninggalkan Italia Selatan untuk mencari kerja sebagai buruh di tempat yang lebih mewah? Mengapa orang-orang Kristen Yunani begitu tertinggal jauh dari kebanyakan negara muslim? Mengapa Yunani yang sebelum munculnya Kristen adalah pionir kemajuan manusia, tiba-tiba merosot jauh ke bawah ketika mereka menerima Kristen sebagai agama mereka? Mengapa Yunani malah mulai bangkit lagi ketika berada di bawah bendera Turki? Mengapa pula orang-orang non-muslim Asia menderita jauh lebih parah dibandingkan ummat Islam negara pun?”
Di Bosnia, ketika Islam, Orthodox, dan Katolik hidup berdampingan, kehidupan umat Islam lebih baik. Di Rusia, umat Islam juga hidup tidak kalah dari tetangga Kristen mereka. Ummat Islam China lebih maju dari orang-orang Budha. Orang-orang Arab Singapura menikmati kekayaan lebih dari penduduk lain negara tersebut, termasuk dibandingkan orang Inggris sendiri.
Banyak sekali orang Barat yang menyajikan Islam dengan citra yang salah. Mereka mengulangi pemalsuan dan pengkhianatan terhadap prinsip Islam. Parahnya, Gereja pun menggalakkan kekeliruannya tersebut.
Muhammad Qutb dalam bukunya “Islam and Misconceptions of Enlightened Thinkers” menulis: “Saya menghabiskan masa berjam-jam membincangkan Islam di Kairo dengan seorang delegasi PBB. Tiba-tiba dia berkata, “Semuanya bagus. Anda memiliki pemikiran yang kokoh mengenai kebenaran Islam.Tetapi saya tidak mungkin meninggalkan kemajuan moderen. Saya suka melakukan penerbangan dengan pesawat supersonik….”
Dia terus berbicara tentang kemajuan teknologi sehingga saya memotong kata-katanya. Saya katakan kepadanya, “Tetapi apa yang menghalangi Anda untuk menikmati kemudahan modern?”
Dia menjawab: “Saya fikir orang Islam menganjurkan manusia untuk hidup di dalam tenda di padang sahara. Saya kira Islam menginginkan saya hidup secara nomaden dan dalam kebuasan!
Di Jerman, saya tinggal di sebuah hotel yang direkturnya adalah seorang lulusan universitas Inggeris dan Perancis. Ia lulus dengan nilai tinggi dan malah pernah belajar bahasa Arab. Dia berkata kepada saya:
“Sebagai seorang monotheis, saya mengenali Tuhan saya dengan baik dan saya percaya kepada Nya. Tetapi saya tidak dapat menerima Pencipta yang para rohaniawannya meminta kita untuk menyembah-Nya di dalam bangunan mereka. Bagi saya, hal seperti ini adalah sebuah bentuk keterasingan total dari rasionalitas. Tidak mungkin Pencipta mengharapkan makhluk-Nya untuk mengikuti jalan yang gerakannya bertentangan dengan pemikiran yang cerah dan fitrah manusia”.
Dngan kedalaman perasaan yang terlikis di seluruh wajahnya, dia menambahkan, “Penyembahan Tuhan yang Esa harus memutuskan manusia, menghapuskan kosekuensi ide yang menyimpang, dan meningkatkan kebudayaan manusia kepada monoteisme yang murni”.
Orang eropa yang berpendidikan tinggi ini tidak mengetahui apa-apa mengenai ajaran Islam tentang keesaan Tuhan, dan tidak juga perbedaan yang asas antara Al quran dan perjanjian lama dan baru. Dia membayangkan bahawa al quran sama seperti Taurat dan Gospel dalam penyampaiannya mengenai Tuhan. Oleh yang demikian saya memberikan kepadanya sebuah buku dalam bahasa Jerman tentang Islam supaya dia bisa mempelajari prinsip-prinsipnya.
(SAF)

No comments: